The Way I Choose Anthropology and talking sh*it

 

2019, menjadi tahun dimana gue lulus dari bangku sekolah. Yap, setelah melewati 12 tahun bangku sekolah, akhirnya lulus juga. Dari awal masuk SMA, engga pernah terpikirkan gue untuk masuk Antropologi, bahkan gue gatau apa itu antropologi sampai gue masuk jurusan Bahasa di SMA. Banyak dari kalian mungkin juga baru tahu adanya jurusan Bahasa dan antropologi, memang jurusan ini itu sangat jarang, mungkin banyak yang kira jurusan ini adalah jurusan buangan dari IPA maupun IPS. Tapi, percayalah gue pilih jurusan ini itu karena ; 1. Gue gamau belajar matpel-matpel IPA ; dan 2. Gue anaknya ga bisa banget hafalan-hafalan kayak IPS, so I decided to choose Bahasa. Yap, sesimpel itu aja milih jurusan Bahasa, dan satu lagi nilai UN gue yang bagus emang Bahasa-bahasaan jadi yaitu mendukung gue untuk memilih jurusan Bahasa di SMA. Oke fast forward, di bangku kelas tiga SMA, tahun terkahir di bangku SMA. Banyak banget dari teman-teman gue mencari jursan dan universitas, sedangkan gue? Yap, gue bercita-cita bisa kuliah di desain interior atau sastra korea, alasan mendasar dari jurusan-jurusan tersebut, yaitu 1. Gue suka banget sama desain-desain interior dan dekorasi ruangan ; dan 2. Gue suka banget sama kebudayaan, Bahasa, dan semacamnya dari Korea, karena gue suka K-POP, make sense kan ya jadinya. Gue awalnya tetep keras kepala untuk ambil sastra korea, karena desain interior itu dari IPA, sedangkan gue dari Bahasa, otomatis itu tidak bisa untuk didaftarin ke SNMPTN. Tapi, setelah melihat universitas-universitas yang ada sastra korea nya, gue otomatis mundur, kenapa mundur, gue memutuskan untuk belajar Bahasa korea secara otodidak aja, toh gue udah belajar bahasanya dari kelas 4 SD, yep dari kelas 4 SD sampai sekarang. Setelah bingung sana-sini gue memutuskan untuk pilih antara Sosiologi atau Antropologi. Awalnya gue engga suka banget sama kedua mata pelajaran itu, benci banget malahan, yak karna embel-embel harus menghafal, dan pada akhirnya gue menjilat ludah gue sendiri untuk itu. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan hati dan pikiran, akhirnya gue memutuskan untuk memilih Antropologi di Universitas Brawijaya, dengan alasan gue ingin mempelajari lebih lanjut tentang manusia dan peradabannya, karena gue semakin penasaran aja sama antropologi itu apa.

Tepat pada bulan Maret 2019, pengumuman SNMPTN. Gue dan teman-teman yang berada di sekolah sudah menunggu-nunggu waktu ini, ya kalian pasti tahu bahwa semua akan KEPO. Sebenarnya gue tidak mengharapkan masuk kuliah dari jalur ini, tapi kalaupun dapet ya harus bersyukur dong ya. Teman-teman gue selalu memaksa gue buat buka pengumuman, tapi gue selalu menolak dengan alasan ingin buka bareng sama keluarga di rumah. Tapi, selang beberapa menit dari jadwal pengumuman, gue dapet notif LINE dari keluarga gue, dengan pesan “ ALHAMDULILLAH ADEK, SELAMAT YA”, gitu pesannya dari ibu gue. Tentu saja gue engga percaya, ya karena emang ga percaya aja, gue bahkan sampai membelas pesan ibu dengan “ Bohong ah ibuu”, jawab gue gitu. Lalu, ibu mengirimkan sebuah foto lalu ada warna hijau sebagai tanda kalau gue keterima SNMPTN. Tentu saja gue sujud syukur, hahaha. Tapi, rasa bersalah melanda, gue engga enak banget sama teman-teman yang engga keterima, rasa bingung untuk menenangkan mereka. Gue seneng keterima, tapi juga sedih ketika melihat teman-teman gue nangis karena ga keterima. Lanjut, akhirnya gue resmi lulus dari SMA di bulan Juni. Tentu saja setelah keterima, gue langsung mengurus semua berkas-berkas dan hal-hal lainnya untuk pendaftaran kuliah, tentu gue juga sudah mencari-cari kosan di Malang. Sebelumnya gue tidak pernah ke Kota Malang dan Universitas Brawijaya, my dream campus adalah Universitas Airlangga, Surabaya. Tapi, gue malah memilih Malang yang jauh banget dari Surabaya, hahaha. Kenapa pilih kuliah luar kota? Karena gue ingin hidup mandiri, ngurus keuangan sendiri, adaptasi sendiri dengan lingkungan baru, pikir gue akan gampang adaptasi karena memang gue selama sekolah dulu suka pindah-pindah kota.

Agustus 2019, awal dari semuanya, haha. Bulan ini lah gue pindahan ke Malang. Jujur, saat awal berangkat dari Jakarta, perasaanya biasa aja, tapi ketika udah sampai Malang, deg-degan parah, hahaha. Menjadi anak rantau adalah cita-cita ku, hahaha, setelah melihat kakak gue ngerantau juga pas kuliah. Tiba saatnya gue ditinggal keluarga gue di kosan, jujur sedih-sedih happy gitu. skip forward aja yaa, akhirnya gue masuk kuliah, ospek univ dan fakultas dah selesai, jujur agak shock gitu sama matkul-matkul antropologi yang engga gue temuin di sekolah dulu. Banyak banget hal-hal baru di antropologi, mulai dari resume artikel-artikel bacaan, buku teori, dan masih banyak lagi. Buat essai sampe ada minimal kata dan halamannya, jujur gue anakanya gabisa banget yang namanya tulis-menulis, jelek banget deh bahasanya, bisa dilihat dari cara gue nulis disini, hahaha. semester 1 bisa dilaluin lah ya karna juga masih baik-baik gitu dosennya dan materi kuliahnya masih bisa dipahamin gitu. Datanglah semester 2, wah semester ini bener-bener terseret-seret, ditambah lagi ada pandemi, makin-makin ga ngerti lagi sama materi kuliah. Intinya sih kuliah di antropologi itu merupakan hal yang paling baru buat gue, cara memilih jurusan ini pun juga ga mateng-mateng banget, intinya sih jalanin dan belajar terus, siapa tau kan dari jurusan ini gue bisa kemana-mana. ga ada yang tau👀

So, that's it, my little stories about me and anthropology and talking sh*it, hahaha. Basically, this blog wasn't my first blog, but i create new one🙇.

 Thank You! 

Peace n Love

Komentar

Postingan Populer